life is short story
Selasa, 22 Mei 2012
Kamis, 01 Juli 2010
Sabtu, 26 Juni 2010
Rumah Hantu yang Selalu Berhasil
Kalau denger kata Rumah Hantu ada 2 hal yang selalu gue lakukan. Pertama, pasti dengan semangatnya gue teriak “Ayo masuk! Kita harus coba! Kayanya rame tuh!” dan yang kedua, gue selalu jadi yang paling keras teriak ketakutan.
Sebenernya gue tipe orang yang suka petualangan dan hal-hal yang berbau tantangan, kecuali tantangan soal hantu dan sejenisnya. Contohnya di rumah hantu tadi. Kejadian kaya gitu udh sering keulang, dan anehnya gue masih aja ngelakuin hal yang sama bodohnya.
Suatu hari di komplek gue diadain pasar malam, bisa ditebak isinya pasti banyak permainan serba rakitan: bianglala rakitan, odong2 rakitan, kursi rakitan, loket rakitan, gulali rakitan, dan gerobak rakitan (?)Tapi ada satu permainan rakitan lain yang menarik perhatian gue. Rumah Hantu. Kalau diliat dari luar, besarnya ga seberapa. Tapi gue tetep tertarik buat nyoba
Malemnya gue sekeluarga pergi ke pasar malam. Dan kami punya misi berbeda beda, gue karena mau masuk ke Rumah Hantu. Sang ibu ke pasar malam untuk liat2 tanaman hias. Sang adik, pastinya kesana untuk main permainan cemen kaya odong-odong. Sang ayah, hmm dia ikut karena dipaksa sama sang ibu dengan macem2 alasan. Alasan yang pertama menyangkut keselamatan “Masa mamah ngejagain anak2 sendiri, tega baget sih. Kalau ada apa2 gimana”. Dan alasan yang kedua menyangkut kebersamaan “Papah ga mau jalan2 sama mamah? Ga mau jalan2 sama anak2? Padahal kan kita cuma ketemu seminggu sekali. Mamah kangen”. Akhirnya sang ayah ikut dengan segala keterbatasan.
Sampai disana gue pesen 2 tiket Rumah Hantu. Buat gue dan sang ayah. Awalnya, sang ayah ga mau ikut tapi setelah gue paksa dengan sedikit sogokan akhirnya sang ayah mau masuk juga. Kalau gue masuk sendiri, dijamin gue ga akan bisa keluar dari situ untuk selamanya..
Gue masuk ber 2 sama sang ayah. Formasi yang kita pake adalah 1-1, dengan sang ayah sebagai striker tunggal dan gue sebagai anak gawangnya atau mungkin tiang gawangnya. Kita masuk..Gelap.. Gelap… Gelap…Gue ngerasa kalau tempat ini belum bayar listrik.
Sang ayah keliatan gagah dan gue keliatan kerdil. Sang ayah nganggep itu cuma rumah yang belum bayar listrik yang di dalemnya banyak orang suci (pake baju putih) sambil teriak2 ga jelas, dan gue nganggep rumah itu kaya rumah yang sering diceritain di novel Goosebumps. Rumah yang isinya barang2 antik, kucing item, sama hantu2 yang gentayangan nyari kekasihnya.
Selama di dalem sana gue cuma bisa nunduk kaya PSK ditangkep Satpol PP dan teriak kalau denger suara ‘AAAAA!!!!’,’hihihihi…..’,’WAAARRRRGGGHH!!!!’ dan ‘hohoho…’ yang menurut gue lebih mirip suara Santa Claus di film kartun.
AKHIRNYA! Gue keluar juga. Mungkin di dalem sekitar 5 menit, tapi kerasanya kaya 50 tahun. Gue jadi pengen nanyi lagunya Warna-50 tahun lagi yang di Recycle sama Raffi-Yuni Shara, dan anehnya lagu itu jadi Hits! Padahal mereka nyanyinya ga lebih bagus dari Warna. Hmm selera orang Indonesia sudah berubah. Dan gue prihatin. Abaikan.
Itu cuma 1 dari 50 rumah hantu yang pernah gue kunjungi (jadi pengen nyanyi lagi). Ga pernah sekalipun kepikiran ngelewatin rumah hantu dengan mulus (mata melek, badan tegak, pinggul digoyang). Gue selalu kalah sebelum berperang. Jangankan Rumah Hantu, masuk Istana Boneka aja gue takut. Lebih pantes disebut Istana Chucki dari pada Istana Boneka yang terkesan imut dan lucu tapi ternyata amit dan laci.
Gue prihatin sama Rumah Hantu yang ada di Indonesia. Cemen, garing, dan ga serem sama sekali. Kalau udah besar dan punya penghasilan gue mau bikin rumah hantu yang extra pedas pake telor (baca: serem, menakutkan, bergidik). Semangat!
Sabtu, 01 Mei 2010
Souvenir Kaos Palsu dan Cinta Indonesia
Pernah waktu itu sang ayah baru pulang dari italia, dan seperti biasa, keluarganya yang tercinta ini dapet souvenir kaos, kaos dari italia. Waktu itu Italia lagi naik daun, soalnya mereka baru menang piala dunia. Sang ayah dengan bangganya bilang "Nih, kaos italia. Kemarin belinya banyak, soalnya modelnya bagus-bagus terus murah lagi hahaha" Kalian harus liat modelnya. Bener-bener STANDAR, jauh dari bagus. Cuma kaos warna hitam yang di depannya tetulis dengan besar tulisan ITALIA warna biru, yang satu lagi cuma beda warna kaosnya, warnanya putih. Tapi aku tetep seneng dan menghargai pemberian beliau. Hampir setiap hari dipake, dipake buat tidur.
Aku pernah iseng-iseng liat label merk yang ada di bagian kerahnya. Pas dilihat di label kaos ITALIA itu terpampang tulisan yang cukup jelas untuk dibaca dan dimengerti. Tulisannya MADE IN CHINA -__________- Aku bener-bener curiga. Sebenernya sang ayah asli dari Italia atau beli kaos itu di 'Italian shop at China'. Semenjak itu, aku ga pernah bangga lagi kalau pake kaos ITALIA. hmm maksudnya kaos ITALIA MADE IN CHINA.
Salut sama China. Mereka bener-bener mulai menguasai perindustrian dunia. Sampai-sampai souvenir yang harusnya jadi devisa Italia malah diambil sama China. Italia yang kita tahu adalah negara maju.
Aku juga heran sama orang yang keliatan bangga pake kaos bergambar negara lain. Kenapa dia ga pake kaos gambar bendera merah putih aja ? atau kaos gambar Ir. Soekarno? Emang harus diakui kalau pake kaos bergambar negara lain itu keren. Jaket kelas aku juga tulisannya California :) Kaos gambar Indonesia juga keren ko. Aku suka tuh pake kaos yang gambarnya pulau Kalimantan, gambar rumah adat dll. Ga kalah keren sama kaos ITALIA MADE IN CHINA. yaa paling engga kaos pulau kalimantan sama rumah adat itu asli MADE IN INDONESIA.
Sedikit demi sedikit gue makin cinta sama Indonesia. Makin banyak hal yang bisa kita banggakan dari Indonesia. Aku juga bangga sama sang ayah, karena dia mengabdikan hidupnya buat Indonesia. love you dad :-* Banyak negara yang diem2 mau menghancurkan Indonesia, tapi mereka selalu gagal. Kenapa ? karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu bersatu dan cinta tanah air :)))
i love my country i love Indonesia
Kamis, 29 April 2010
Wisdom from a story V
- House of 1000 Mirrors
Dahulu kala, disebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama Rumah 1000 Cermin.
Seekor anjing kecil yang bahagia mengetahui rumah itu dan berniat untuk mengunjunginya. Sesampainya disana, ia melompat dengan ceria, menaiki tangga rumah lalu masu melalui pintu muka. Ia melihat ke dalama rumah, telinganya terangkat tingi, ekornya dikibas-kibas secepat mungkin. Betapa terkejutnya, dalam rumah itu ia melihat 1000 anjing ceria dengan ekor yang dikibas-kibas scepat kibasannya. Ia tersenyum lebar, dan senyumannya segera diasmbut hangat dengan 1000 senyuman lebar yang bersahabat. Ketika meninggalkan rumah itu, ia berkata dalam hati, “Tempat ini sangat mengagumkan! Aku akan mengunjunginya sesering mungkin”
Di desa itu juga, ada seekor anjing kecil lain yang tidak sebahagia anjing pertama. Ia berniat mengunjungi rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah. Kepalanya merunduk randha ketika melihat kedalam rumah. Di dalamnya ia melihat 1000 wajah tak ramah menatapnya. Ia menggeram kepada mereka, dan geramannya dibalas oleh 1000 geraman yang menakutkan. Ia lalu meninggalkan rumah itu dan berkata dalam hati, “Tempat ini sangat mengerikan! Aku takkan pernah mau pergi lagi kesitu”
---------------
Semua wajah didunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Bagaimanakah keadaan wajah orang-orang ang kau temui ?
Sumber : Japanese folktale (Hikmah dari Seberang)
- Gema Kehidupan
Seorang anak dan ayah berjalan di gunung. Si anak terpeleset dan terluka. Ia menjerit kesakitan, “Aaaaaahhhhh!” Tiba-tiba terdengar suara menirukan dari suatu arah di gunung, “Aaaaaahhhhh!”
Merasa takjub dan penasaran, ia berteriak, “Siapa kau?”
Ia mendapat jawaban, “Siapa kau?”
Ia menjadi marah dengan jawaban itu, lalu ia berteriak keras. “PENGECUT!”
Ia mendapat jawaban, “PENGECUT!”
Si anak menatap ayahnya lalu bertanya, “Apa yang terjadi?”
Ayahnya tersenyum lalu berkata, “Anakku, perhatikanlah” Ia lalu berteriak, “AKU MENYUKAIMU!”
Suara itu berkata, “AKU MENYUKAIMU!”
Ayahnya berteriak lagi, “KAU ADALAH JUARA!”
Suara itu berkata, “KAU ADALAH JUARA!”
Sia anak bingung, tidak mengerti. Ayahnya kemudian menjelaskan, “Orang menyebut suara itu gema. Tapi sesungguhnya demikianlah kehidupan itu. Kehidupan akan memberikan kebali segala yang kau katakana dan lakukan. Kehidupan kita hanyalah refleksi (pantulan) dari perilaku kita. Jika kau menginginkan cinta lebih banyak di dunia ini, maka ciptakanlah lebih banyak cinta dihatimu. Jika kau menginginkan keahlian lebih banyak di teammu, maka tingkatkanlah kealianmu. Pertalian ini berlaku pada semua hal dalam segenap aspek kehidupan. Kehidupan akan memberikan kembali semua hal yang kau berikan padanya.
Sumber : Author Unknown (Hikmah dariSeberang)
Jumat, 23 April 2010
Fuck You
Look inside,
Your tiny mind.
Then look a bit harder,
cause we're so uninspired.
So sick and tired.
Of all
The hatred you harbor,
so you say
It's not okay to be gay,
Well I think
You're just evil.
You're just some racist.
Who can't tie my laces,
You're point of view
Is medevil.
Fuck you, fuck you
Very, very much.
Cause we hate
What you do
And we hate
Your whole crew
So please
Don't stay in touch,
Fuck you, fuck you
Very, very much
Cause your words
Don't translate
And it's getting
Quite late
So please
Don't stay in touch.
Do you get,
Do you get
A little kick out.
Of being small minded
You want to be
Like your father
His approval your after
Well that's not how
You'll find it
Do you
Do you really enjoy
Living a life
That's so hateful
Cause there's a hole
Where your soul
Should be
You're losing
Control of it
And it's really
Distasteful
Fuck you, fuck you
Very, very much
Cause we hate
What you do
And we hate
Your whole crew
So please
Don't stay in touch
Fuck you, fuck you
Very, very much
Cause your words
Don't translate
And it's getting
Quite late
So please
Don't stay in touchLook inside
Look inside
Your tiny mind
Then look a bit harder
Cause we're so uninspired
So sick and tired
Of all
The hatred you harbor
Fuck you, fuck you
Very, very much
Cause we hate
What you do
And we hate
Your whole crew
So please
Don't stay in touch
Fuck you, fuck you
Very, very much
Cause your words
Don't translate
And it's getting
Quite late
So please
Don't stay in touch
by : Lily Allen